Ayah Bunda, tidak dapat dipungkiri bahwa aktivitas manusia menimbulkan banyak kerusakan pada alam dan lingkungan. Mulai dari peningkatan polusi, permasalahan limbah, deforestasi, bahkan bencana cuaca ekstrim yang mulai terasa di seluruh penjuru dunia. Menyikapi kondisi tersebut, banyak sekali gerakan penyelamatan lingkungan dicanangkan oleh berbagai lembaga dan organisasi. Dengan kesadaran dan pehaman yang baik, sesungguhnya Ayah Bunda pun dapat berkontribusi mengurangi beban permasalahan lingkungan. Tak jauh-jauh, upaya ini bisa Ayah Bunda mulai dari lingkaran rumah tangga masing-masing, yakni dengan melakukan pengelolaan sampah rumah tangga yang baik.
Apa itu ‘Sampah’?
Menurut Ibu Katherine, Ph.D (Kepala Waste Management Program, Indonesia International Institute for Life Science (I3L), banyak orang mengira bahwa ‘sampah’ hanya mengacu pada residu aktivitas yang kotor dan tidak berguna, baik berupa barang maupun makanan. Faktanya, barang-barang baru tetapi kurang bermanfaat juga termasuk dalam kategori sampah. Contoh mudahnya adalah baju pesta, sepatu, atau perabot rumah tangga yang hanya sekali digunakan. Dengan demikian, perlu pemahaman baru bahwa sampah adalah segala sesuatu yang tidak kita butuhkan dan inginkan, sehingga semua benda sebenarnya berpotensi menjadi sampah ketika mereka sudah tidak diinginkan.
Tipe-tipe sampah
Sebelum membahas step-by-step pengelolaan sampah, ada satu konsep lagi nih yang perlu Ayah Bunda pahami, yaitu tipe sampah. Menurut Ibu Katherine, ada dua tipe sampah: sampah sistem dan sampah ‘khilaf’. Sampah sistem adalah sampah yang muncul akibat aktivitas, seperti bon, bungkus makanan, minuman, dan seterusnya. Sedangkan sampah ‘khilaf’ mengacu pada barang tak optimal yang dimiliki lantaran pembelian impulsif, karena diskon misalnya, padahal Ayah Bunda tidak begitu butuh barang tersebut. Untuk tipe sampah ‘khilaf’ ini, solusinya adalah belajar bersikap mindfull, yakni sadar penuh tentang apa yang kita inginkan dan perlu kita bawa ke rumah kita.
Lima hierarki pengelolaan sampah
Berangkat dari dua konsep yang dibahas di atas, mulai terbaca kan bahwa pengolahan sampah sesungguhnya dimulai bahkan sebelum sampah itu ada. Kalau diurutkan berdasarkan hierarkis, pengelolaan sampah bisa dilakukan dengan cara berikut:
1. Refuse, tolak apa yang tidak kita butuhkan
Menurut Ibu Katherine, Prioritas pengolahan sampah tertinggi adalah refuse, yakni usaha menolak terbentuknya sampah itu sendiri. Refuse dapat dilakukan misalnya dengan mengganti botol sekali pakai dengan dispenser air, mengganti wadah sekali pakai dengan yang bisa dipakai berulang, membawa tempat makan sendiri, dan menolak brosur jika tidak diperlukan.
2. Reduce, kurangi jumlah sampah dengan pemakaian secukupnya
Prioritas pengolahan sampah berikutnya adalah reduce. Reduce sudah banyak dikenal di masyarakat. Contoh aktivitas yang mendukung reduce ialah tidak membuang makanan, memperbaiki peralatan yang rusak (alih-alih membeli baru), memperpanjang usia peralatan elektronik (misalnya dengan mematikan lampu dan AC saat tidak dibutuhkan), tidak gonta-ganti barang elektronik, memastikan isi dokumen benar sebelum dicetak, menggunakan handuk hotel lebih dari sehari guna mengurangi limbah deterjen, dan mencocokkan durabilitas bahan dengan usia pakai.Ayah Bunda juga dapat melakukan reduce dengan memilih bahan kebutuhan hidup yang lebih ramah lingkungan.
Sumber:
https://www.facebook.com/anakpintar.id
Gambar:
canva.com
Pingback: Strategi Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (Part 2) - Keluarga Pintar Indonesia