Narasumber: dr. Yenni Zuhairini, Sp. KG
Setiap kelompok usia memiliki tantangan kesehatannya sendiri, demikian halnya dengan kelompok lanjut usia (lansia). Tubuh lansia mengalami banyak perubahan, seperti menurunnya kemampuan fisik, fungsi organ tubuh, metabolisme, penglihatan, serta perubahan pada saluran cerna, jantung, paru, dan pembuluh darah. Dengan demikian, pada kelompok usia ini memiliki kebutuhan khusus terkait nutrisi yang dibutuhkannya.
Penurunan kondisi pada lansia
Penurunan kondisi fisik pada orang lanjut usia disebabkan oleh proses degeneratif, yakni kondisi alami kerusakan dan kematian sel yang tidak diiringi regenerasi sel sehingga kapasitas fisik terganggu. Kulit keriput, melemahnya pompa jantung, pengerasan dan penyempitan pembuluh darah, gizi tidak seimbang, osteoporosis, hipertensi, diabetes mellitus, mudah sakit dan sukar sembuh, dehidrasi, berkurangnya daya lihat dan aktivitas gerak, serta segudang penyakit lain pun makin akrab dengan kelompok usia ini.
Dalam kaitannya dengan nutrisi, perubahan organ yang berdampak signifikan adalah perubahan pada organ pencernaan orang lanjut usia. Gigi tanggal, sulit mengunyah dan menelan makanan, sulit BAB, rendahnya penyerapan sari makanan, merupakan beberapa implikasi perubahan organ yang dapat dengan mudah diamati tanpa membutuhkan alat bantu khusus deteksi kesehatan.
Aneka keluhan pun menyertai perubahan ini. Tak jarang, keluarga mengeluhkan perihal lansia yang sulit makan, sulit BAB, atau malas beraktivitas. Padahal, ciri ini boleh jadi bukan indikator kemalasan sebagaimana disinyalir sebagian kalangan. Indikator ini adalah implikasi dari perubahan kondisi dan komposisi tubuh. Indera perasa yang tak setajam dahulu misalnya, adalah pangkal tidak sensitifnya lidah dari orang yang sudah sepuh terhadap rasa. Bagi mereka, masakan lezat dapat saja terasa hambar atau ‘kurang’ sesuai. Kesan malas makan dan pilih-pilih makanan akan semakin menjadi manakala, produksi enzim pencernaan lagi memadai. Efek begah, kembung, dan asam lambung tinggi menjadi penyebab ketidaknyamanan kondisi pencernaan pada lansia. Aktivitas makan dengan demikian, tidak lagi menyenangkan dan nyaman. Bagi orang lanjut usia dengan kondisi lebih parah, aktivitas makan boleh jadi menjelma sebentuk siksaan fisik bagi mereka: makanan hambar, mengunyah sulit, lambung sakit, dan sulit BAB. Benar-benar tidak nyaman.
Proses degeneratif ini alami, tidak bisa seratus persen ditanggulangi. Meski demikian, keluarga terdekat dapat mengupayakan langkah-langkah penyesuaian, untuk meningkatkan kualitas hidup lansia dan membantu mereka merasa lebih sehat dan nyaman.
Berikut beberapa upaya meningkatkan kualitas hidup lansia, antara lain:
1. Mengatur Pola Aktivitas Fisik
Tentunya olahraga untuk lansia tidak sama dengan olahraga untuk orang dengan kelompok usia yang lebih muda. Pada umumnya, orang yang sudah menginjak usia lansia ke atas memang dianjurkan untuk mengurangi aktivitas fisik, tetapi bukan berarti berhenti begitu saja. Pasalnya, aktivitas di masa senja memberikan sejumlah manfaat, seperti keseimbangan tubuh yang lebih stabil, mencegah penyakit, hingga menjaga ketajaman mental.
Ada banyak pilihan jenis olahraga atau aktivitas fisik untuk lansia yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Mulai dari aktifitas fisik ringan seperti olahraga ringan seperti pemanasan dan peregangan tubuh sebelum kegiatan, jalan kaki, dan cooling down setelah aktivitas.
Atau jika mampu, lansia juga diperkenankan berolahraga intensitas sedang, misalnya, jalan kaki jarak dekat, membersihkan rumah, bersepeda santai, naik tangga, hingga berkebun, tentunya setelah didiskusikan dengan tenaga ahli/dokter yang terpercaya.
2. Dukungan Emosional dan Motivasi
Perubahan fisik menimbulkan ketidaknyamanan pada lansia. Untuk menghadapi ini, dukungan emosional yang hangat dan penuh perhatian akan sangat membantu. Kebiasaan baru seperti jalan kaki 30 menit perhari juga akan lebih mudah dikembangkan jika dalam penerapannya, orang terdekat dengan tenang dan konsisten memotivasi.
3. Memperhatikan Prinsip Pemberian Makanan, yang meliputi:
a) Penyederhanaan makanan (memberi porsi makan kecil namun sering, mudah dikunyah dan dicerna, serta menyajikan makanan dalam keadaan hangat dan segar, serta memastikan kandungan gizi pada makanan,).
b) Komposisi makanan lansia (kelengkapan karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral)
c) Memperhatikan asupan air (8 – 10 gelas perhari), susu (meningkatkan asupan kalsium, protein, dan memudahkan pencernaan bila susu yang dikonsumsi adalah susu murni, dan meningkatkan asupan cairan), serta asupan serat (yang diperoleh dari buah dan sayur).
4. Memperhatikan Kondisi Khusus Kesehatan Lansia
Berbagai tips kesehatan lansia memang bermanfaat bagi lansia secara umum. Akan tetapi, kondisi kesehatan khusus dapat saja membutuhkan perlakuan berbeda. Penderita hipertensi misalnya, membutuhkan perlakukan khusus terkait makanan bergaram. Kadar garam akan meningkat pada makanan yang dipanaskan atau diawetkan. Oleh karena itu, memberi garam secukupnya, serta kurangi makanan kemasan, berpengawet, dan mengurangi makanan yang dipanaskan ulang. Hal ini adalah bagian dari usaha mengakomodasi kebutuhan gizi lansia.
5. Memulai Sejak Dini
Proses penanganan degenerasi sel bisa dilakukan sejak dini, tidak perlu menunggu lanjut usia. Olahraga rutin dan konsumsi makanan bergizi adalah kebutuhan semua rentang usia. Karena itu, pola hidup sehat idealnya menjadi kebutuhan, alih-alih menjadi alternatif penanganan masalah-masalah penuaan (*).
Baca juga: Psikologi dan Perilaku Lansia
Pingback: Psikologi dan Perilaku Orang Lanjut Usia (Lansia) - Keluarga Pintar Indonesia
Pingback: Sulit Menurunkan Berat Badan di atas Usia 60 Tahun? Ini Alasannya dan Solusinya - Keluarga Pintar Indonesia