You are currently viewing 7 Ucapan Ini Bisa Jadi Sinyal Anak Dewasa Anda Sedang Terluka

7 Ucapan Ini Bisa Jadi Sinyal Anak Dewasa Anda Sedang Terluka

Ayah Bunda memiliki anak usia dewasa muda? Dalam banyak hal, pada usia dewasa muda ini, banyak yang tidak mengungkapkan secara gamblang jika mereka sedang terluka atau sedang kesulitan. Mereka mungkin merasa seperti sedang tenggelam dalam diam. Di dalam hati, mereka sangat ingin dimengerti, namun merasa ragu bagaimana cara membuka diri.

Dalam sebuah artikel, seorang psikolog, Jeffrey Bernstein Ph.D. mengungkapkan, orang tua yang sedang menghadapi anaknya yang berusia dewasa muda kerap mengungkapkan kebingungan terhadap anaknya dengan mengatakan “Dia tidak membiarkan saya masuk.”,  “Katanya dia baik-baik saja, tapi sepertinya ada yang aneh,” atau “Setiap kali saya mencoba membantu, dia malah menjauh.”

Dewasa muda yang sedang terluka biasanya memberikan petunjuk emosional yang halus. Tujuh ungkapan berikut sering kali jauh lebih bermakna daripada yang terlihat di permukaan.

Ini 7 Ungkapan Anak Dewasa Muda yang Biasa Terucap Ketika Sedang Terluka

1. Seringkali mereka mengatakan: “Saya cuma capek sepanjang hari.”

Ungkapan ini tidak selalu berkaitan dengan kurang tidur. Kelelahan emosional kronis seringkali terdengar seperti kelelahan fisik. Di balik kalimat ini bisa tersembunyi depresi, kecemasan, burnout, atau bahkan trauma.

2. Atau berkelit dengan mengatakan: “Saya nggak mau ngomongin itu.”

Ungkapan ini bisa terdengar seperti penolakan atau pemberontakan. Namun sering kali, ini adalah bentuk perlindungan diri karena takut disalahpahami atau merasa terlalu rentan untuk terbuka.

3. Anak dewasa muda juga mengungkapkannya dengan berkata, “Saya cuma berusaha melewati hari ini.”

Kalimat ini mencerminkan kondisi bertahan hidup. Ini bisa menjadi tanda bahwa seseorang sedang kewalahan, cemas, atau merasa putus asa. Ia mungkin merasa seperti tenggelam dalam tekanan sehari-hari.

4. Apa maksudnya jika si dewasa muda mengatakan: “Saya merasa tertinggal.”

Kalimat ini mengungkapkan rasa malu yang mendalam. Banyak dewasa muda merasa gagal karena standar tak terlihat yang tidak adil mengenai karier, hubungan, atau pencapaian hidup.

5. Jika terpojok, mereka juga bisa bilang: “Ibu/ayah nggak akan ngerti.”

Meskipun menyakitkan didengar, ungkapan ini tidak selalu berarti penolakan. Sering kali ini adalah bentuk perlindungan dari rasa takut dihakimi atau luka masa lalu. Mereka mungkin sangat ingin dimengerti, tapi belum tahu bagaimana cara membiarkan orang tua masuk.

6. Mengatakan hal ini dengan cepat atau datar: “Saya baik-baik saja.”

Ungkapan klasik ini adalah bentuk pertahanan emosional. Bila terlalu sering digunakan, ini bisa berarti, “Saya belum cukup merasa aman untuk mengatakan yang sebenarnya sekarang.”

7. Pada suatu titik, bisa juga mereka mengatakan: “Apa gunanya semua ini?”

Ungkapan ini merupakan tanda bahaya dari rasa putus asa. Kalimat tersebut menunjukkan bahwa dewasa muda mungkin sedang mempertanyakan tujuan hidupnya, atau bahkan keinginannya untuk terus melanjutkan hidup. Kalimat ini perlu didengar dengan penuh kepedulian.

Contoh Ucapan yang Sering Dilontarkan Seorang Dewasa Muda untuk Sembunyikan Perasaannya

Lucas, 25 tahun, sering berkata, “Saya cuma berusaha melewati hari ini.” Orang tuanya mengira ia hanya sedang menyesuaikan diri dengan pekerjaan baru. Namun dalam sesi terapi, Lucas mengakui bahwa ia mengalami serangan panik dan diam-diam mulai minum alkohol untuk mengatasi stres.

Maria, 29 tahun, selalu berkata, “Saya nggak mau ngomongin itu” setiap kali ibunya bertanya kabar. Baru setelah sang ibu dengan lembut berkata, “Kamu nggak harus cerita, tapi saya ingin kamu tahu bahwa saya melihat kamu,” Maria mulai perlahan membuka diri.

Apa yang Bisa Dilakukan Orang Tua

  • Dengarkan lebih dalam. Kalimat-kalimat di atas adalah petunjuk. Perhatikan nada suara, waktu saat diucapkan, dan seberapa sering diulang.
  • Validasi perasaan mereka. Alih-alih langsung memberi solusi, coba katakan: “Kedengarannya itu berat. Saya ada di sini kalau kamu mau cerita.”
  • Jangan tersinggung atau baper. Rasa sakit emosional sering membuat seseorang menjauh, bukan karena orang tuanya, tapi karena mereka merasa kewalahan.
  • Tawarkan dukungan yang konsisten. Pesan sederhana dan berulang seperti “Saya sayang kamu apa pun yang terjadi” bisa perlahan menembus dinding emosional mereka.
  • Tunjukkan keterbukaan. Berbagi tentang keraguan dan perasaan diri sendiri bisa membuka ruang kejujuran dari mereka.

Seorang dewasa muda mungkin tidak akan berkata “Tolong saya.” Namun jika orang tua bisa belajar mendengar makna di balik kata-kata mereka, maka mereka bisa menjadi tempat aman yang selama ini tak disadari sedang mereka butuhkan.***.

Baca juga: Mengenal Orchid Child, Anak-Orkid yang Sensitif dan Istimewa

This Post Has One Comment

Leave a Reply