Ayah Bunda, apakah Anda mengikuti kreator media sosial, artis musik, aktor, atlet, atau orang terkenal lainnya? Apakah Anda penggemar berat karakter fiksi tertentu dari buku, acara TV, atau film? Ini adalah kecenderungan yang semakin banyak di masa kini, yaitu hubungan parasosial.
Seseorang yang mengikuti idolanya dan mengecek mereka setiap hari melalui sosial media mereka, lambat laun akan merasakan lebih dekat dengan idolanya itu, peduli pada mereka, atau hanya suka mengikuti hal-hal kecil dalam kehidupan mereka. Ikatan emosional sepihak dengan orang yang tidak benar-benar dikenal (atau orang yang sebenarnya tidak ada) disebut hubungan parasosial.
Ini tidak terpaku pada idola seperti selebriti, bahkan juga dapat berupa mem-follow sosial media dari karakter fiksi, seperti Harry Potter atau Sesame Street.
Seperti semua hubungan, hubungan ini memiliki risiko dan manfaat, kata Arthur C. Brooks, seorang ilmuwan sosial, penulis buku sekaligus profesor di Harvard Kennedy School dan Harvard Business School.
Mengapa Ada Orang yang Memiliki Hubungan Parasosial?
Hubungan parasosial cenderung terjadi karena kecenderungan alamiah manusia untuk berhubungan dengan orang lain.
“Manusia telah berevolusi untuk berkembang dalam kelompok, mungkin karena 250.000 tahun yang lalu kita harus bergantung pada orang lain untuk bertahan hidup dengan membangun hubungan sosial. Jadi kita menjadi tertarik dan peduli pada orang lain jika kita cukup sering terpapar dengan mereka,” kata Brooks.
Kita semua terpapar secara teratur pada detail-detail kecil tentang selebriti dan karakter fiksi, menyaksikan hari-hari mereka di media sosial atau belajar tentang mereka dari acara TV atau buku. Yang membuat kita terpikat pada mereka adalah hubungan emosional, terutama jika orang tersebut menarik.
Sisi Positif
Hubungan parasosial dapat menjadi pelengkap yang baik untuk hidup. Sang idola mungkin dapat menghibur, menginspirasi, atau memberi kenyamanan. Selain itu, seseorang yang memiliki hubungan parasosial mungkin merasa tidak terlalu kesepian atau seperti menjadi bagian dari sebuah kelompok fans club yang erat.
Ikatan emosional tersebut dapat membentuk nilai-nilai seseorang. Sebagai contoh, anak-anak dapat belajar pelajaran tentang benar dan salah dari karakter yang mereka kenal di acara seperti Sesame Street atau Bluey. Atau remaja yang merasa tergerak untuk berusaha lebih keras jika mereka merasa terikat dengan atlet juara yang mereka idolakan.
Sebuah penelitian terhadap lebih dari 300 orang berusia 18 hingga 35 tahun bahkan menemukan bahwa hubungan parasosial dapat membantu mengurangi stigma terhadap kondisi kesehatan mental.
Hal ini dibuktikan melalui sebuah penelitian, semua partisipan menonton satu video tentang seseorang yang berbagi informasi pribadi yang bertujuan untuk menciptakan ikatan sosial. Kemudian, beberapa partisipan juga menonton video dari pembuat konten yang membagikan tantangannya dengan gangguan bipolar.
Mereka yang menonton kedua video tersebut memiliki skor yang lebih rendah dalam hal prasangka mengenai kondisi kesehatan mental dibandingkan mereka yang hanya menonton video pertama.
Kerugian dari Hubungan Parasosial
Meskipun hubungan parasosial dapat memperkaya hidup Anda, hubungan sepihak ini juga dapat merugikan.
Idola Anda tidak akan membalas cinta Anda. “Mereka seperti makanan palsu. Rasanya enak, tetapi tidak memiliki kandungan nutrisi dan tidak akan memenuhi kebutuhan Anda. Anda perlu mencintai dan dicintai untuk berkembang,” kata Brooks.
Hubungan ini justru bisa berbalik, berkontribusi menambah rasa kesepian dan rasa terisolasi jika terlalu mengandalkan mereka. Kesepian dan isolasi terkait dengan peningkatan risiko berbagai masalah kesehatan kronis seperti depresi, kecemasan, demensia, penyakit jantung, bahkan kematian dini.
Brooks mengatakan bahwa hal ini harus menjadi perhatian khusus bagi orang tua yang anak-anaknya memiliki hubungan parasosial.
Menavigasi Hubungan Parasosial
Sedikit hubungan parasosial dalam hidup Anda tidak masalah selama hubungan tersebut tidak mengesampingkan ikatan kehidupan nyata atau membelokkan pemikiran dan nilai-nilai Anda. Namun, bagaimana caranya Anda tahu jika hubungan parasosial ini menjadi masalah?
Kenali dua tanda bahaya ini:
1. Tanyakan pada diri sendiri: Apakah Anda terlalu terikat?
Misalnya, apakah Anda melewatkan makan malam dengan teman-teman karena Anda lebih suka menonton acara TV dengan karakter yang Anda sayangi dan ingin terhubung dengannya?
Berhati-hatilah. “Jika seseorang mencoba mencuci otak Anda dengan mengatakan, ‘Saya adalah teman Anda, Anda bisa mempercayai saya,’ orang tersebut sedang menggunakan ikatan sosial pribadi untuk membuat Anda melakukan sesuatu – seperti memberikan tanda suka atau mengirimkan sesuatu dengan cara tertentu,” kata Brooks.
Tak sedikit para bintang media sosial yang mencoba membangun hubungan parasosial dengan para pengikutnya untuk mendapatkan lebih banyak klik dan menghasilkan uang. “Itulah yang dimaksud dengan ekonomi baru – memonetisasi hubungan parasosial dalam skala besar,” kata Brooks.
2. Bergeser dari hubungan parasosial ke hubungan yang lebih dalam
Hubungan parasosial memenuhi sebuah kebutuhan. Social scrolling, streaming acara, atau mengikuti selebritis dapat mengurangi rasa kesepian atau menawarkan momen-momen kegembiraan dan koneksi. Namun jika Anda terlalu bersandar pada hubungan sepihak ini, Brooks menyarankan untuk melihat dengan seksama apa yang hilang dari hidup Anda.
Menjalin hubungan yang hangat dalam kehidupan nyata sangatlah bermanfaat, meskipun tidak selalu mudah. “Ini adalah hal yang sulit bagi orang-orang yang tertutup atau introvert atau tidak memiliki keterampilan sosial, tetapi Anda bisa memulainya dari hal kecil seperti makan malam dengan seorang teman.
Habiskan lebih banyak waktu dengan keluarga Anda. Lakukan lebih banyak kontak mata. Sentuhan, seperti pelukan, melepaskan hormon ikatan oksitosin di otak,” saran Brooks.***
Sumber: Health Harvard Edu
Baca juga: Apa itu Sleep Divorce? Kiat Menerapkannya untuk Keharmonisan Rumah Tangga