You are currently viewing Berencana untuk Bayi Tabung, Baca Kisah Inspiratifnya

Berencana untuk Bayi Tabung, Baca Kisah Inspiratifnya

Narasumber: Clara Handayani, M.Psi, Psi.

Proses memiliki buah hati tidak selalu merupakan perkara yang mudah. Tak jarang program hamil biasa tidak cukup untuk menghasilkan kehamilan hingga setelah beberapa waktu terpikir untuk melakukan program bayi tabung. Dalam menjalani prosesnyapun harus memiliki kesabaran selain menjaga kesehatan. Apa saja yang perlu diperhatikan pasangan yang ingin menjalani program in vitro fertilization (IVF) atau bayi tabung. Berikut kisah inspiratif dari narasumber kali ini, Clara Handayani.

Apa Itu Bayi Tabung?

In Vitro Fertilization (IVF) adalah proses pembuahan dalam tabung, merupakan proses pembuahan dimana sel telur dikawinkan dengan sperma di luar tubuh, yaitu di laboratorium. Proses ini terdiri dari lima tahap, yakni pemeriksaan awal, penyuntikan obat stimulasi telur dan USG, pemilihan sel telur dan penyuntikan sperma, kultur embrio, dan transfer embrio.

Proses ini melibatkan pemantauan dan stimulasi proses ovulasi seorang wanita, mengambil suatu ovum atau sel-sel telur dari ovarium (indung telur) wanita itu dan membiarkan sperma membuahi sel-sel tersebut di dalam sebuah medium cair di laboratorium. Sel telur yang telah dibuahi (zigot) dikultur selama 2–6 hari di dalam sebuah medium pertumbuhan dan kemudian dipindahkan ke rahim wanita yang sama ataupun wanita yang lain, dengan tujuan menciptakan keberhasilan kehamilan.

Keberhasilan IVF dipengaruhi banyak faktor, seperti usia, kualitas telur dan sperma, teknologi, kesehatan fisik dan mental pasangan. Semakin tinggi usia, semakin menipis peluang keberhasilan IVF. Wanita dengan usia <35 tahun memiliki peluang di atas 50%, 35-37 tahun berpeluang 42%, 38-40 tahun berpeluang 26%, 41-42 tahun berpeluang 13,3 %. Dalam konteks IVF, usia yang dimaksud mengacu pada usia si ibu. Dari sisi ayah bukan faktor usia yang menentukan, melainkan kualitas sperma. Apakah bentuk spermanya norma, bagaimana jumlahnya, gerakannya, dan seterusnya.

Hasil IVF berbeda-beda pada tiap orang dan kondisi. Ada yang perlu menjalani lebih dari satu cycle hingga berhasil, ada yang sukses dalam sekali cycle, ada juga yang gagal setelah mencoba dua kali atau lebih. Biaya yang dibutuhkan untuk menjalani IVF juga berbeda-beda, antara lain dipengaruhi dosis obat yang dokter berikan.

Bagaimana Proses Bayi Tabung?

Saya sudah menikah selama 15 tahun. Pada saat usia pernikahan 2 tahun, kami menjalani pemeriksaan kesuburan dan ditemukan masalah pada tuba falopi saya. Tetapi proses pemeriksaan yang tidak nyaman membuat saya tidak melanjutkan proses pemeriksaan kandungan selama lebih dari 7 tahun.

Saya kembali ke dokter kandungan ketika ditemukan ada miom di kandungan saya yang ukurannya sangat besar. Setelah itu saya menjalani operasi, dokter menginformasikan bahwa kemungkinan saya dapat hamil secara alami, tetapi hal itu tidak kunjung terjadi.

Program bayi tabung adalah salah satu cara untuk memperoleh keturunan
Program bayi tabung adalah salah satu cara untuk memperoleh keturunan

Saya kemudian pindah ke Melbourne, Australia mengikuti suami yang mengambil studi. Di Melbourne, kami berkonsultasi ke dokter dan dokter menganjurkan kami untuk melakukan IVF mengingat usia kami yang sudah 37 tahun dan sudah mencoba hamil alami namun tidak berhasil. 

Dokter di sana memaparkan bahwa setelah perempuan menginjak usia 37 tahun maka kesempatannya untuk berhasil dalam IVF akan menurun drastis. Meskipun demikian, kami memutuskan untuk menjalani IVF tersebut. Hasil IVF kami kali itu dinyatakan tidak berhasil, kondisi tersebut sedikit banyak mempengaruhi kondisi psikologis kami dan dampak dari kegagalan tersebut juga terasa pada proses studi suami. Karena kondisi psikologis yang demikian ditambah tidak adanya cadangan embrio maka kami berpikir bahwa belum saatnya kami mencoba IVF lagi dan fokus kepada studi yang dijalani suami.

Berbekal hasil pemeriksaan fertilitas kami sebelum kembali ke tanah air yang menunjukkan kondisi kami baik-baik saja. Saya tidak lagi memiliki sumbatan di tuba saya, kondisi rahim bersih, kondisi sperma suami juga sehat, saat kembali ke Indonesia kami mempertimbangkan lagi untuk melakukan IVF.

Sempat juga mempertimbangkan untuk menjalani program di Penang karena mendapatkan informasi bahwa banyak orang Indonesia yang pergi ke sana untuk menjalani program bayi tabung. Sebelum memutuskan, saya melakukan “studi literatur” dari media yang ada dan pengalaman orang yang menjalaninya, dan ternyata tidak ada perbedaan teknologi dan pendekatan antara IVF di Penang maupun di Indonesia. Pertimbangan kami yang lain adalah adanya dukungan keluarga. Pada IVF pertama, kami menjalani prosesnya berdua saja, dan karena hal tersebut kami menyadari bahwa dukungan keluarga termasuk kehadiran secara fisik akan membuat segala prosesnya terasa lebih mudah. 

Karena pertimbangan-pertimbangan tersebut, suami mempersilahkan saya mencari klinik dan dokter yang menurut saya nyaman dan tepat. Keputusan akhirnya jatuh kepada sebuah klinik di Jakarta. Dalam satu cycle, hanya satu embrio yang masuk dalam kategori baik dan ditanamkan dalam kandungan. Alhamdulillah embrio berkembang dengan baik dalam kandungan saya.

Saya akui dukungan keluarga sangat penting di sini karena aturan-aturan yang harus dijalani setiap harinya, seperti diet yang harus dijalani dan kewajiban menyuntikkan obat hormon setiap malam. Kehadiran keluarga terutama sosok ibu rasanya sangat menenangkan. 

Memasrahkan diri pada Tuhan juga merupakan pilar kekuatan. Saat pertama kali IVF di Melbourne, saya terlalu bersemangat dan yakin pasti berhasil namun kehendak Tuhan tidak demikian. Karena itu , saya mencoba lebih pasrah pada IVF kedua. Kepasrahan itu adalah bagian dari upaya menjaga kondisi psikologis agar tetap positif. Berpasrah sembari mengupayakan yang terbaik.

IVF adalah proses yang panjang. Saya perlu terus menambah ilmu tentang IVF, melakukan studi literatur, dan menelusuri penelitian terkini, alih-alih percaya rumor dan opini orang tentang IVF. 

Berikut ini adalah gambar yang mendeskripsikan langkah-langkah In Vitro Fertilization
Langkah-langkah In Vitro Fertilization

Apa hal yang dapat dibagikan berdasarkan pengalaman IVF bayi tabung?

1. Periksa:

Jika telah mencoba hamil alami namun belum berhasil setelah beberapa waktu, coba periksakan sejak dini. Karena semakin bertambah usia, semakin besar pula risiko kehamilan yang mungkin dihadapi.

Pertambahan usia menipiskan alternatif upaya yang mungkin ditempuh, sekaligus menipiskan peluang keberhasilan program.

Selain risiko fisik, hubungan suami istri juga berisiko terdampak lantaran adanya masalah yang diabaikan. Saya dan suami menyadari tantangan ini sejak awal dan memutuskan tidak menjadikannya “hantu” dalam kehidupan pernikahan. Kami memutuskan untuk bersikap positif dan berprasangka baik pada Allah.

2. Biaya:

Kami juga sadar biaya yang dibutuhkan untuk IVF tidak sedikit. Akan tetapi, pertemuan saya dengan orang-orang yang memilih berobat alternatif yang juga menghabiskan banyak uang membuat saya menyadari, jika ditotal agaknya pengeluaran mereka tidak beda jauh dengan biaya yang kami habiskan mengikuti program ini. Karenanya, menurut saya, IVF ini adalah opsi yang bisa dipertimbangkan.

3. Persiapan:

Butuh persiapan yang matang sebelum memutuskan mencoba alternatif bayi tabung. Persiapan bisa mencakup mental, biaya, ilmu pengetahuan, dukungan sosial, dan sebagainya.

4. Gunakan lebih dari satu sumber referensi.

Persiapan mental yang didukung pengetahuan yang cukup bisa membantu memperkuat motivasi dan tidak gampang galau karena faktor sosial dan faktor lain yang mungkin mewarnai prosesnya.

5. Menjaga Kesehatan:

Senantiasa jaga kesehatan baik fisik maupun psikologis. Karena kemungkinan keberhasilan proses berbeda pada setiap pasangan. Sikap positif dan lingkungan positif jadi besar sekali pengaruhnya…

Baca artikel kami lainnya: Menelusuri Akar Masalah Auto Imun

Leave a Reply